Header Ads Widget

Responsive Advertisement

MEWUJUD ASA LEWAT PAJAK: Life Mapping Seorang Visioner MIPA-Akutansi Syariah



 


ANTARA IMPIAN MASA KECIL DAN MINAT YANG INGIN BERKEMBANG

Setelah menyelesaikan studi, saya berkeinginan kuat untuk mewujudkan cita-cita masa kecil saya: menjadi bagian dari pegawai perpajakan di sebuah instansi keuangan. Pilihan ini tidak hanya relevan dengan latar belakang pendidikan Akuntansi Syariah yang saya miliki, tetapi juga didasari oleh beberapa alasan mendalam.

Pertama, saya memandang profesi pegawai perpajakan sebagai garda terdepan dalam mengumpulkan dana vital bagi pembangunan negara. Pajak adalah tulang punggung anggaran pemerintah yang membiayai sektor-sektor esensial seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan layanan publik lainnya. Dengan menjadi bagian dari sistem ini, saya merasa dapat memberikan kontribusi nyata terhadap kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Ada kepuasan tersendiri ketika mengetahui bahwa pekerjaan yang saya lakukan memiliki dampak positif yang begitu luas. Saya ingin membangun karier yang berkelanjutan dan memberikan sumbangsih signifikan bagi bangsa dan negara melalui jalur profesional ini.

Kedua, instansi perpajakan umumnya menawarkan struktur karier yang jelas dan beragam kesempatan untuk pengembangan diri. Saya tertarik untuk mendalami bidang-bidang perpajakan tertentu yang mungkin relevan dengan prinsip-prinsip syariah atau memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian. Kesempatan untuk mengikuti pelatihan, sertifikasi, dan pendidikan lanjutan juga menjadi daya tarik kuat, karena saya memiliki keinginan untuk terus meningkatkan kompetensi diri.

Singkatnya, keinginan saya untuk menjadi pegawai perpajakan melampaui sekadar kesesuaian dengan latar belakang pendidikan. Bagi saya, ini adalah kesempatan untuk berkontribusi secara nyata, mengembangkan diri secara profesional, dan membangun karier yang stabil sambil mengabdi kepada negara.

PERJALANAN TIGA TAHUN SEMASA SMA

Siapa bilang anak MIPA tidak bisa bercita-cita menjadi pegawai perpajakan? Mungkin terdengar tidak lazim, mengingat perpajakan sering identik dengan IPS. Namun, bagi saya, tiga tahun di SMA dengan kurikulum Merdeka yang lebih menuntut pendalaman ilmu alam justru menjadi fondasi yang kokoh, bahkan memberikan keunggulan unik untuk profesi impian saya.

Saya masih ingat betul keaktifan saya di berbagai Olimpiade Sains Nasional (OSN), baik yang diselenggarakan Kemendikbud maupun lembaga lain yang berkolaborasi dengan universitas. Saya dua kali mengikuti OSN bidang Biologi, salah satunya berkolaborasi dengan HIMABIO ITB dan berhasil meraih medali Emas, sementara yang lain meraih perak. Selain itu, bidang Matematika—meskipun dua kali hanya sampai di tingkat peserta—telah menempa cara saya berpikir. Matematika, lebih dari sekadar angka, mengajarkan logika yang tajam, analisis yang mendalam, dan ketelitian luar biasa dalam setiap detail. Keterampilan inilah yang saya yakini sangat esensial dalam dunia perpajakan, di mana setiap peraturan dan perhitungan membutuhkan akurasi mutlak serta interpretasi yang presisi.

Di sisi lain, saya juga aktif di ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR). Mungkin banyak yang bertanya, apa hubungannya PMR dengan perpajakan? Bagi saya, hubungannya sangat erat. Di PMR, saya belajar tentang kepemimpinan, kerja sama tim, dan yang terpenting, empati. Kami sering dihadapkan pada situasi yang membutuhkan pengambilan keputusan cepat dan kemampuan berkomunikasi efektif untuk membantu orang lain. Profesi pegawai perpajakan bukan hanya tentang angka, tetapi juga tentang melayani masyarakat, menjelaskan kebijakan, dan berinteraksi dengan wajib pajak. Kemampuan untuk mendengarkan, memahami kebutuhan, dan memberikan solusi yang jelas—semua itu saya dapatkan dari PMR.

Jadi, jika ditarik benang merahnya, saya melihat diri saya bukan sebagai anak MIPA yang "tersesat" di ranah perpajakan, melainkan sebagai calon pegawai pajak yang memiliki kombinasi langka. Pengalaman selama SMA membentuk diri saya menjadi individu yang pandai dalam mengolah data dan memahami regulasi, tetapi juga responsif, solutif, dan berorientasi pada pelayanan publik.

RENCANA PERKULIAHANKU DAN IMPLEMENTASINYA

Untuk menggapai profesi tersebut, saya telah menyusun life mapping sebagai misi atau langkah-langkah tepat yang akan mengantarkan saya menuju tujuan utama dalam waktu yang terencana. Berikut adalah life mapping saya:

  1. Tahun 2025: Saya akan memulai perjalanan sebagai mahasiswa baru Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang dengan mengambil prodi Akuntansi Syariah, selaras dengan profesi impian. Langkah awal ini telah terwujud dengan diterima melalui jalur SPAN PTKIN. Selanjutnya, saya akan berusaha mencari beasiswa untuk meringankan beban biaya orang tua. Di semester pertama ini, saya akan fokus beradaptasi dengan lingkungan baru, memperluas relasi dengan dosen, teman, dan kakak tingkat, serta membangun nilai akademik semaksimal mungkin. Tidak kalah penting, saya akan meriset gambaran organisasi yang akan saya ikuti di semester berikutnya.
  2. Tahun 2026: Memasuki semester 2-3, saya akan mengawali perjalanan dengan mendaftarkan diri ke beberapa organisasi yang selaras dengan passion saya. Namun, saya akan memastikan porsinya sesuai, tanpa mengganggu nilai akademik, dan tidak lupa untuk terus mencari soft dan hard skill baru.
  3. Tahun 2027: Di semester 4-5, saya akan memperluas exposure dengan mengikuti kepanitiaan serta aktif berpartisipasi dalam lomba-lomba, baik di dalam maupun luar kampus, secara konsisten sebagai portofolio.
  4. Tahun 2028: Semester 6-7 adalah fase di mana saya akan membawa potensi saya ke dunia karier dengan mencoba magang di perusahaan yang relevan dengan prodi saya. Di samping itu, saya akan mengikuti kelas pengembangan diri yang akan menunjang karier saya di masa depan.
  5. Tahun 2029: Semester 8 adalah impian setiap mahasiswa: lulus skripsi, yudisium, dan wisuda.

6.   Setelah lulus kuliah, saya berharap dapat bekerja di bidang yang selaras dengan prodi Akuntansi Syariah. Dengan begitu, ilmu-ilmu yang saya dapatkan akan bermanfaat bagi diri saya dan orang lain, khususnya dalam konteks akuntansi berprinsip syariah.

PENDUKUNG CITA-CITAKU

"Anak akan tumbuh sebagaimana cara orang tua menuainya." Kalimat singkat ini sangat menggambarkan peran sentral keluarga dalam hidup saya. Kedua orang tua saya, ayah dan ibu, beserta saudara-saudari, adalah figur paling berpengaruh. Meskipun terlahir dengan kondisi finansial yang terbatas, orang tua saya teguh memegang prinsip bahwa "harta warisan yang paling berharga adalah pendidikan untuk anak-anaknya." Kondisi tersebut justru tidak pernah menjadi penghalang bagi mereka untuk mendukung anak-anaknya menggapai mimpi.

Tinggal di daerah yang cukup jauh dari kota mengharuskan saya menempuh perjalanan lumayan jauh untuk mencapai sekolah berkualitas. Namun, itu semua bukan alasan untuk mengeluh, mengingat ayah saya setiap pagi dan sore selalu meluangkan waktu hanya untuk menjemput saya dari sekolah. Setiap pulang sekolah, orang tua saya selalu menyempatkan diri untuk berbincang tentang hari-hari saya di sekolah. Kebiasaan ini mengalir begitu saja setiap hari, sehingga mereka tahu pasti apa yang saya inginkan untuk masa depan, tanpa pernah memaksakan kehendak mereka. Meskipun terkadang keinginan saya tidak sejalan dengan mereka, mereka justru memberikan saran dan petuah berharga berdasarkan pengalaman mereka.

Kegagalan di SNBP sempat membuat saya merasakan kekecewaan mendalam. Saya terlalu yakin bahwa prestasi saya akan menjadi nilai plus dan meloloskan saya, sehingga tidak mempersiapkan diri untuk jalur masuk universitas lain seperti SNBT. Ketika hari pengumuman SNBP tiba dan hasilnya tidak sesuai harapan, dunia saya seakan runtuh. Namun, saya melewati hari-hari suram ini bersama keluarga. Mereka tidak hanya memberikan dukungan semangat, tetapi juga mendaftarkan saya ke bimbel untuk mempersiapkan jalur masuk universitas lainnya. Kegigihan merekalah yang membuat saya pulih, kembali optimis, dan pantang menyerah atas kegagalan yang ternyata hanya penghalang kecil dalam meraih cita-cita.

Penulis: Islah Ziadah

Editor: Irsyad Akil







Posting Komentar

0 Komentar